Senin, 22 Februari 2010

Sejarah
Revolusi industri
Revolusi industri adalah perubahan teknologi, sosioekonomi, dan budaya pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 yang terjadi dengan penggantian ekonomi yang berdasarkan pekerja menjadi yang didominasi oleh industri dan diproduksi mesin. Revolusi ini dimulai di inggris dengan perkenalan mesin uap (dengan menggunakan batu bara sebagai bahan bakar) dan ditenagai oleh mesin (terutama dalam produksi tekstil). Perkembangan peralatan mesin logam-keseluruhan pada dua dekade pertama dari abad ke-19 membuat produk mesin produksi untuk digunakan di industri lainnya.
Awal mulai revolusi industri tidak jelas tetapi t.s. Ashton menulisnya kira-kira 1760-1830. Tidak ada titik pemisah dengan revolusi industri ii pada sekitar tahun 1850, ketika kemajuan teknologi dan ekonomi mendapatkan momentum dengan perkembangan kapal tenaga-uap, rel, dan kemudian di akhir abad tersebut perkembangan mesin bakar dalam dan perkembangan pembangkit tenaga listrik.
Efek budayanya menyebar ke seluruh eropa barat dan amerika utara, kemudian mempengaruhi seluruh dunia. Efek dari perubahan ini di masyarakat sangat besar dan seringkali dibandingkan dengan revolusi kebudayaan pada masa neolitikum ketika pertanian mulai dilakukan dan membentuk peradaban, menggantikan kehidupan nomadik.
Istilah "revolusi industri" diperkenalkan oleh friedrich engels dan louis-auguste blanqui di pertengahan abad ke-19.

faktor-faktor pendorong revolusi industri di inggris:
a. Tersedianya bahan dasar untuk industri yang cukup
b. Kepemilikan modal yang cukup besar.
C. Adanya perkembangan iptek
d. Adanya kemajuan yang pesat di bidang pelayaran membawa kemajuan bagi perdagangan
e. Terjadinya revolusi agraria
f. Adanya tanah jajahan atau koloni asia, afrika, dan amerika

penemuan-penemuan yang mempercepat timbulnya revolusi industri:
mesin uap oleh jamess watt (bapak revolusi industri)
mesin pemintal oleh james hargraves
kapal api clermont oleh robert fulton
lokomotif rocket oleh george stephenson
telegraf oleh morse
telepon oleh alexander graham bell

akibat revolusi industri:
a. Harga barang menjadi murah
b. Upah buruh rendah
c. Majunya perdagangan dunia
d. Timbulnya imperialisme modern
e. Timbulnya kelas majikan dan kelas buruh

Revolusi hijau
Revolusi hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk menggambarkan perubahan fundamental dalam pemakaian teknologi budidaya pertanian yang dimulai pada tahun 1950-an hingga 1980-an di banyak negara berkembang, terutama di asia. Hasil yang nyata adalah tercapainya swasembada (kecukupan penyediaan) sejumlah bahan pangan di sejumlah negara yang sebelumnya dilanda kelaparan, seperti india, banglades, tiongkok, vietnam, thailand, serta indonesia, untuk menyebut beberapa negara. Norman borlaug, penerima penghargaan nobel perdamaian 1970, adalah orang yang dipandang sebagai bapak gerakan ini.
Revolusi hijau mendasarkan diri pada tiga pilar penting: penyediaan air melalui sistem irigasi, pemakaian pupuk kimia dan penerapan pestisida untuk menjamin produksi, dan penggunaan varietas unggul sebagai bahan baku berkualitas. Melalui penerapan teknologi non-tradisional ini, terjadi peningkatan hasil tanaman pangan berlipat ganda dan memungkinkan penanaman tiga kali dalam setahun untuk padi, suatu hal yang tidak dapat dimungkinkan tanpa tiga pilar tersebut.
Revolusi hijau mendapat kritik sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan kelestarian lingkungan karena mengakibatkan kerusakan lingkungan yang parah. Oleh para pendukungnya, kerusakan dipandang bukan karena revolusi hijau tetapi karena ekses dalam penggunaan teknologi yang tidak memandang kaidah-kaidah yang sudah ditentukan. Kritik lain yang muncul adalah bahwa revolusi hijau tidak dapat menjangkau seluruh strata negara berkembang karena ia tidak memberi dampak nyata di afrika.


Dampak revolusi hijau dan industrialisasi terhadap perubahan teknlogi dan lingkungan di berbagai daerah pada masa orde baru
1. Revolusi hijau.
Revolusi hijau merupakan revolusi biji-bijian dari hasil penemuan ilmiah berupa benih unggul dari berbagai varietas gandum, padi, dan jagung yang membuat hasil panen komoditas tersebut meningkat di begara-negara berkembang. Revolusi hijau lahir karena masalah pertambahan penduduk yang pesat. Pertambahan penduduk harus diimbangi dengan peningkatan produksi pertanian.
Upaya peningkatan produksi pertanian digalakkan melalui :
a. Pembukaan lahan pertanian baru
b. Mekanisasi pertanian
c. Penggunaan pupuk baru
d. Mencari metode yang tepat untuk pemberantasan hama

2. Perkembangan revolusi hijau di indonesia
masyarakat indonesia yang agraris menjadikan pertabian sebagai sektor penting dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi indonesia. Hal ini didasari oleh :
a. Kebutuhan masyarakat yang meningkat dengan pesat
b. Tingkat produksi pertanian yang masih sangat rendah
c. Produksi pertanian belum mampu memenuhiseluruh kebutuhan masyarakat.
Untuk meningkatkan produksi pertanian pemerintah mengupayakan :
a. Intensifikasi
b. Ekstensifikasi
c. Diversifikasi
d. Rehabilitasi

3. Perkembangan industrialisasi
a. Industri pertanian
• industri pengolahan hasil tanaman pangan termasuk hortikultura
• industri pengolahan hasil perkebunan
• industri pengolahan hasil perikanan
• industri pengolahan hasil hutan
• industri pupuk
• industri pestisida
• industri mesin dan peralatan pertanian
b. Industri non pertanian
• industri semen
• industri besi baja
• industri perakitan kendaraan bermotor
• industri elektronik
• industri kapal laut
• industri kapal terbang

Revolusi perancis
revolusi perancis adalah masa dalam sejarah perancis antara tahun 1789 dan 1799 di mana para demokrat dan pendukung republikanisme menjatuhkan monarki absolut di perancis dan memaksa gereja katolik roma menjalani restrukturisasi yang radikal.
Meski perancis kemudian akan berganti sistem antara republik, kekaisaran, dan monarki selama 75 tahun setelah republik pertama perancis jatuh dalam kudeta yang dilakukan oleh napoleon bonaparte, revolusi ini dengan jelas mengakhiri ancien régime (bahasa indonesia: rezim lama; merujuk kepada kekuasaan dinasti seperti valois dan bourbon) dan menjadi lebih penting daripada revolusi-revolusi berikutnya yang terjadi di perancis.
Penyebab
Banyak faktor yang menyebabkan revolusi ini. Salah satu di antaranya adalah karena sikap orde yang lama terlalu kaku dalam menghadapi dunia yang berubah. Penyebab lainnya adalah karena ambisi yang berkembang dan dipengaruhi oleh ide pencerahan dari kaum borjuis, kaum petani, para buruh, dan individu dari semua kelas yang merasa disakiti. Sementara revolusi berlangsung dan kekuasaan beralih dari monarki ke badan legislatif, kepentingan-kepentingan yang berbenturan dari kelompok-kelompok yang semula bersekutu ini kemudian menjadi sumber konflik dan pertumpahan darah.
Sebab-sebab revolusi perancis mencakup hal-hal di bawah ini:
• Kemarahan terhadap absolutisme kerajaan.
• Kemarahan terhadap sistem seigneurialisme di kalangan kaum petani, para buruh, dan—sampai batas tertentu—kaum borjuis.
• Bangkitnya gagasan-gagasan pencerahan
• utang nasional yang tidak terkendali, yang disebabkan dan diperparah oleh sistem pajak yang tak seimbang.
• Situasi ekonomi yang buruk, sebagian disebabkan oleh keterlibatan perancis dan bantuan terhadap revolusi amerika.
• Kelangkaan makanan di bulan-bulan menjelang revolusi.
• Kemarahan terhadap hak-hak istimewa kaum bangsawan dan dominasi dalam kehidupan publik oleh kelas profesional yang ambisius.
• Kebencian terhadap intoleransi agama.
• Kegagalan louis xvi untuk menangani gejala-gejala ini secara efektif.
Aktivitas proto-revolusioner bermula ketika raja perancis louis xvi (memerintah 1774-1792) menghadapi krisis dana kerajaan. Keluarga raja perancis, yang secara keuangan sama dengan negara perancis, memiliki utang yang besar. Selama pemerintahan louis xv (1715-1774) dan louis xvi sejumlah menteri, termasuk turgot (pengawas keuangan umum 1774-1776) dan jacques necker (direktur-jenderal keuangan 1777-1781), mengusulkan sistem perpajakan perancis yang lebih seragam, namun gagal. Langkah-langkah itu mendapatkan tantangan terus-menerus dari parlement (pengadilan hukum), yang didominasi oleh "para bangsawan", yang menganggap diri mereka sebagai pengawal nasional melawan pemerintahan yang sewenang-wenang, dan juga dari fraksi-fraksi pengadilan. Akibatnya, kedua menteri itu akhirnya diberhentikan. Charles alexandre de calonne, yang menjadi pengawas umum keuangan pada 1783, mengembangkan strategi pengeluaran yang terbuka sebagai cara untuk meyakinkan calon kreditur tentang kepercayaan dan stabilitas keuangan perancis.
Namun, setelah callone melakukan peninjauan yang mendalam terhadap situasi keuangan perancis, menetapkan bahwa hal itu tidak mungkin dilakukan, dan karenanya ia mengusulkan pajak tanah yang seragam sebagai cara untuk memperbaiki keuangan perancis dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, dia berharap bahwa dukungan dari dewan kaum terkemuka yang dipilih raja akan mengemalikan kepercayaan akan keuangan perancis, dan dapat memberikan pinjaman hingga pajak tanah mulai memberikan hasilnya dan memungkinkan pembayaran kembali dari utang tersebut.
Meskipun callone meyakinkan raja akan pentingnya pembaharuannya, dewan kaum terkemuka menolak untuk mendukung kebijakannya, dan berkeras bahwa hanya lembaga yang betul-betul representatif, seyogyanya estates-general (wakil-wakil berbagai golongan) kerajaan, dapat menyetujui pajak baru. Raja, yang melihat bahwa callone akan menjadi masalah baginya, memecatnya dan menggantikannya dengan étienne charles de loménie de brienne, uskup agung toulouse, yang merupakan pemimpin oposisi di dewan. Brienne sekarang mengadopsi pembaruan menyeluruh, memberikan berbagai hak sipil (termasuk kebebasan beribadah kepada kaum protestan), dan menjanjikan pembentukan etats-généraux dalam lima tahun, tetapi ssementara itu juga mencoba melanjutkan rencana calonne. Ketika langkah-langkah ini ditentang di parlement paris (sebagian karena raja tidak bijaksana), brienne mulai menyerang, mencoba membubarkan seluruh "parlement" dan mengumpulkan pajak baru tanpa peduli terhadap mereka. Ini menyebabkan bangkitnya perlawanan massal di banyak bagian di perancis, termasuk "day of the tiles" yang terkenal di grenoble. Yang lebih penting lagi, kekacauan di seluruh perancis meyakinkan para kreditor jangka-pendek. Keuangan prancis sangat tergantung pada mereka untuk mempertahankan kegiatannya sehari-hari untuk menarik pinjaman mereka, menyebabkan negara hampir bangkrut, dan memaksa louis dan brienne untuk menyerah.
Raja setuju pada 8 agustus 1788 untuk mengumpulkan estates-general pada mei 1789 untuk pertama kalinya sejak 1614. Brienne mengundurkan diri pada 25 agustus 1788, dan necker kembali bertanggung jawab atas keuangan nasional. Dia menggunakan posisinya bukan untuk mengusulkan langkah-langkah pembaruan yang baru, melainkan untuk menyiapkan pertemuan wakil-wakil nasional.

Tidak ada komentar: